Sabtu, 15 Desember 2012

Model Pembelajaran


MODEL PEMBELAJARAN

A.   Model Pembelajaran Direct Instruction

Pemikiran mendasar dari model pengajaran langsung adalah bahwa siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat dan menirukan tingkah laku gurunya. Direct Instruction mempunyai beberapa tahapan atau fase yaitu :
1. Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa. Pada fase satu ini guru membuka pelajaran dengan berbagai cara seperti bercerita, menampilkan penomena atau melakukan eksprimen. Memotivasi siswa dengan cara­cara tertentu dapat membangkitkan minat belajar siswa. Setelah itu guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menyampaikan informasi latar belakang pelajaran dan mempersiapkan siswa untuk belajar.
2. Menyajikan materi, melalui demonstrasi atau eksprimen tahap demi tahap. Pada fase ini guru menggali konsep­konsep siswa dan menghubungkan dengan konsep yang benar.
3. Membimbing pelatihan. Siswa sibuk melakukan kegiatan belajar, sedangkan guru hanya memberikan bantuan atau bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Siswa diarahkan pada pemahaman sendiri dari pengalaman­ pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal yang dimiliki oleh siswa.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik. Pada fase ini guru mengecek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik ? Guru juga dapat memberi umpan balik terhadap suatu materi yanga belum terpecahkan.
5. Memberi kesempatan untuk pelatihan selanjutnya dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Adapun ruang lingkup model pembelajaran Direct Instruction adalah sebagai berikut :
1. Pendekatan Pembelajaran Direct Instruction
Pendekatan Pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran Direct Instruction adalah Teacher Centered Approach. Hal ini merujuk kepada fase nomor 2 menurut Kardi dan M. Nur (2000) yang menyatakan bahwa guru ``menyajikan materi, melalui demonstrasi atau eksprimen tahap demi tahap. Pada fase ini guru menggali konsep­konsep siswa dan menghubungkan dengan konsep yang benar''
2. Strategi Pembelajaran Direct Instruction
Strategi Pembelajaran yang digunakan dalam model pembelajaran Direct Instruction adalah Groupn­Individual Learning. Siswa sibuk melakukan kegiatan belajar, sedangkan guru hanya memberikan bantuan atau bimbingan kepada siswa yang memerlukan. Siswa diarahkan pada pemahaman sendiri dari pengalaman­pengalaman baru berdasarkan pada pengalaman awal yang dimiliki oleh siswa''.


A.   Model Pembelajaran Inkuiri

Model pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan setiap pokok bahasan dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya: peserta didik, tujuan yang akan dicapai, situasi pembelajaran, fasilitas yang tersedia dan guru. Salah satu model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model pembelajaran inkuiri
Model Pembelajaran inkuiri adalah model penemuan yang dirancang guru sesuai kemampuan dan tingkat perkembangan intelektual peserta didik, mengurangi ketergantungan kepada guru dan memberi pengalaman seumur hidup. Penemuan sering dikaitkan dengan inkuiri. Penemuan boleh diartikan sebagai proses mental mengasimilasikan konsep dan prinsip. Penemuan berlaku apabila seseorang itu menggunakan proses mental dalam usaha mendapatkan satu konsep atau prinsip.

Model pembelajaran inkuiri  menggunakan pendekatan pembelajaran yang melibatkan proses penelitian. penelitian ini didorong oleh pertanyaan demi pertanyaan dan membuat penemuan dalam usaha mencari kefahaman atau jawaban yang baru. Model pembelajaran inkuiri ini didorong oleh sifat ingin tahu dan keinginan memahami sesuatu ataupun menyelesaikan masalah.
Proses model pembelajaran inkuiri ini bermula dari satu perhatian  dan minat atas sesuatu yang menarik dan seterusnya akan muncul banyak pertanyaan atas minat tersebut. Fenomena yang diperhatikan biasanya tidak mempunyai kaitan dengan pengalaman maupun pemahaman dari para siswa. Sifat ingin tahu seterusnya merangsang tindakan untuk melakukan penelitian, pertanyaan, ramalan, hipotesa, dan konsep awal.
B.   Reciprocal Teaching
Sesuai dengan pesanan Pradip, kemenakan Mbah Janti yang kebetulan sedang meyusun skripsi tentang ini, maka dalam tulisan kali ini saya akan sedikit mengulas tentang hal ini. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan reciprocal teaching? Ada yang secara eksplisit mengalih bahasakan “reciprocal teaching” sebagai “pembelajaran terbalik” saya sendiri kok kurang sefaham ya, karena setelah dikaji sepertinya maknanya bukan pembelajaran terbalik melainkan terdapatnya timbal-balik dalam interaksi pembelajaran yang berlangsung. Usut punya usut pembelajaran resiprokal ini (Saya lebih senang menggunakan istilah ini, yang saya buat-buat sendiri.red) awalnya dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar dalam membaca teks. Pendekatan pembelajaran ini dimunculkan oleh Palinscar tahun 1982 ketika dia menemukan beberapa muridnya yang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah teks bacaan. Seorang siswa dapat saja membaca sekumpulan huruf yang membentuk kata namun ternyata untuk memahami makna dari teks yang dibacanya tidak semudah melafalkan bacaan tersebut. Nah, inilah masalah yang melatarbelakangi kemunculan metode pembelajaran resiprokal . Sedangkan pengajaran reciprocal bertujuan untuk memberikan teknik atau strategi pada para siswa agar dapat mencegah terjadinya kegagalan kognitif dalam kegiatan membaca.
Menurut Palinscar dan Brown (1984) setidaknya terdapat empat strategi dasar yang terlibat dalam proses pembelajaran reciprocal yaitu, melakukan klarifikasi, membuat prediksi, bertanya dan membuat kesimpulan. Adapun penjelasan untuk masing-masing strategi adalah sebagai berikut;
a. Klarifikasi
Dalam suatu aktifitas membaca mungkin saja seorang siswa menganggap pengucapan kata yang benar adalah hal yang terpenting walaupun mereka tidak memahami makna dari kata-kata yang diucapkan tersebut. Siswa diminta untuk mencerna makna dari kata-kata atau kalimat-kalimat yang tidak familier, apakah meraka dapat memaknai maksud dari suatu paragraph. Secara teknis hal ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti;
“Apa maksud dari kalimat tersebut?”
“Kata apa yang dapat menggantikan kata tersebut?”
“Kata atau konsep apa yang perlu diklarifikasi dari paragraph ini?”
b. Membuat prediksi
Pada tahap ini pembaca diajak untuk melibatkan pengetahuan yang sudah diperolehnya dahulu untuk digabungkan dengan informasi yang diperoleh dari teks yang dibaca untuk kemudian digunakan dalam mengimajinasikan kemungkinan yang akan terjadi berdasar atas gabungan informasi yang sudah dimilikinya. Setidaknya siswa diharapkan dapat membuat dugaan tentang topic dari paragraph selanjutnya. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan secara teknis adalah sebagai berikut;
“dari judul dan ilustrasi gambar yang ada dapatkah kau menerka apa topik tulisan ini?”
“Coba pikirkan dari apa yang sudah kita baca dan diskusikan kira-kira apa yang akan terjadi nanti?”
c. Bertanya
Strategi bertanya ini digunakan untuk memonitor dan mengevalusi sejauhmana pemahaman pembaca terhadap bahan bacaan. Pembaca dalam hal ini siswa mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya sendiri, teknik ini seperti sebuah proses metakognitif. Bentuk-bentuk pertanyaan yang diajukan dapat beragam, berikut beberapa contohnya;
“Apa yang kau pikirkan ketika kau membaca teks tersebut?”
“Pertanyaan apa saja yang dapat kau ajukan setelah kau membaca teks tersebut?”
“Topik apa yang membuatmu tertarik untuk membaca teks ini?”
d. Membuat Rangkuman
Dalam membuat rangkuman dibutuhkan kemampuan untuk dapat membedakan hal-hal yang penting dan hal-hal yang tidak penting. Menentukan intisari dari teks bacaan tersebut. beberapa pertanyaan-pertanyaan umum yang dapat diajukan antara lain;
“Apa yang penulis ingin sampaikan melalui teks tersebut?”
“Apa informasi paling penting dari bacaan ini?”
“Dapatkah saya menggunakan bahasa saya sendiri untuk mengutarakan kembali isi dari tulisan ini?”
Pada dasarnya pembelajaran resiprokal menekakan pada siswa untuk bekerja dalam suatu kelompok yang dibentuk sedemikian hingga agar setiap anggotanya dapat berkomunikasi dengan nyaman dalam menyampaikan pendapat ataupun bertanya dalam rangka bertukar pengalaman keberhasilan belajar satu dengan lainnya. Salah satu dasar dari pembelajaran resiprokal ini adalah teori Vygotsky yaitu dialog dalam suatu interaksi social sebagai dasar pokok dalam proses pembentukan pengetahuan. Menurut beliau berpikir keras dan mendiskusikan hasil pemikirannya dapat membantu proses kalrifikasi dan revisi dalam berpikir pada saat belajar. Dari beberapa sumber yang saya dapatkan, dalam pelaksanaan awalnya guru menjadi leader atau contoh dalam mempraktekan keempat startegi yang diuraikan di atas. Kemudian siswa diminta untuk melakukannya bersama teman-teman dalam suatu kelompok yang tidak kurang dari 4 orang dan tidak lebih dari 6 siswa. Sehingga jelas dalam pelaksanaannya model ini tidak lepas dari pendekatan pembelajaran kooperatif. Selain itu, yang perlu ditekankan adalah pendekatan dialogis dalam pembelajaran baik antara guru dengan siswa ataupun siswa dengan siswa. Guru dituntut untuk memiliki kemampuan dialog yang baik serta teliti dan peka dalam mengamati. Pada prosesnya, mungkin saja siswa-siswa yang memiliki kecenderungan diam, guru harus melakukan teknik scaffolding untuk membangkitkan keaktifan siswa.
Jika dikaitkan dengan pembelajaran matematika, saya jadi teringat dengan tulisan saya yang diposting dalam bahasa Ingggris beberapa waktu yang lalu yang berjudul “It’s About Reading Mathematics”. Jika berkaca dari tulisan tersebut pada dasarnya kemampuan membaca literature matematika memang masih menjadi suatu masalah besar yang tentu saja berdampak langsung pada prestasi belajar matematika siswa, dan keberadaan model pembelajaran resiprokal ini dapat menjadi sebuah peluang solusi yang dapat diteliti lebih lanjut tentu saja dengan penyesuaian-penyesuaian terhadap bentuk dari literature matematika yang unik. Ketika saya mengkaji beberapa bahan tentang pembelajaran resiprokal ini saya teringat dengan salah satu dosen saya di sini, Prof. Yaya. Saya ingat beberapa kali di dalam kelas beliau mengajak kami mahasiswa S2 untuk membaca sebuah teks matematika yang kala itu berbahasa Inggris satu persatu di dalam kelas. Awalnya saya sedikit heran, namun kala itu saya berpikir bahwa beliau ingin mengkaji sejauh mana kemampuan berbahasa inggris kami karena beliau juga melakukan koreksi terhadap spelling kami, selain itu saya juga berpikir bahwa barangkali beliau ingin mengetahui sejauh mana kemampuan pemahaman kami terhadap bahan bacaan dalam Bahasa inggris, karena beliau juga mengajukan beberapa pertanyaan. Sekarang saya tahu, apa yang sebetulnya beliau lakukan waktu itu adalah sebuah bentuk aplikasi dari model reciprocal teaching. J. Sebetulnya akan lebih menarik jika saya bisa sedikit memberikan contoh hasil dari ujicoba terbatas saya terhadap diri sendiri dalam membaca literature matematika dengan model ini, namun sayang saya belum sempat lakukan. Semoga lain kali dapat saya tampilkan dalam tulisan ini. Tentunya setelah dicoba ya,…
C.   Model Pembelajaran Konvensional
Salah satu model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak digunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvesional. Pembelajaran konvensional mempunyai beberapa pengertian menurut para ahli, diantaranya:
  1. Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang diiringi dengan penjelasan, serta pembagian tugas dan latihan.
  2. Freire (1999), memberikan istilah terhadap pengajaran seperti itu sebagai suatu penyelenggaraan pendidikan ber “gaya bank” penyelenggaraan pendidikan hanya dipandang sebagai suatu aktivitas pemberian informasi yang harus “ditelan” oleh siswa, yang wajib diingat dan dihafal.[3]
Ciri-ciri Pembelajaran Konvensional
Secara umum, ciri-ciri pembelajaran konvensional adalah:
  1. Siswa adalah penerima informasi secara pasif, dimana siswa menerima pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan keterampilan yang dimiliki sesuai dengan standar.
  2. Belajar secara individual
  3. Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
  4. Perilaku dibangun atas kebiasaan
  5. Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
  6. Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
  7. Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
  8. Interaksi di antara siswa kurang
  9. Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar.
Namun perlu diketahui bahwa pengajaran model ini dipandang efektif atau mempunyai keunggulan, terutama:
  1. Berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain
  2. Menyampaikan informasi dengan cepat
  3. Membangkitkan minat akan informasi
  4. Mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan
  5. Mudah digunakan dalam proses belajar mengajar.
Sedangkan kelemahan pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
  1. Tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan
  2. Sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari
  3. Para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu
  4. Penekanan sering hanya pada penyelesaian tugas
  5. Daya serapnya rendah dan cepat hilang karena bersifat menghafal.

D.   Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS)


Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.

Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

Guru menggunakan langkah-langkah ( fase ) berikut:
  • Langkah 1 : Berpikir ( thinking ) : Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.
  • Langkah 2 : Berpasangan ( pairing ) : Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.
  • Langkah 3 : Berbagi ( sharing ) : Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).
E.   Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) adalah metode pendidikan yang medorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat sumber-sumber pembelajaran.

Sejarah PBL
Program inovatif PBL pertama kali diperkenalkan oleh Faculty of Health Sciences of McMaster University di Kanada pada tahun 1966. Yang menjadi ciri khas dari pelaksanaan PBL di mcmaster adalah filosofi pendidikan yang berorientasi pada masyarakat, terfokus pada manusia, melalui pendekatan antar cabang ilmu pengetahuan dan belajar berdasar masalah.
Kemudian pada tahun 1976, Maastricht Faculty of Medicine di Belanda menyusul sebagai institusi pendidikan kedokteran kedua yang mengadopsi PBL. Kekhasan pelaksanaan PBL di Maastrich terletak pada konsep tes kemajuan (progress test) dan pengenalan keterampilan medik sejak awal dimulainya program pendidikan. Dalam perkembangannya, PBL telah diadopsi baik secara keseluruhan atau sebagian oleh banyak fakultas kedokteran di dunia.


Motivasi menggunakan PBL
Dalam pendidikan kedokteran konvensional, mahasiswa lebih banyak menerima pengetahuan dari perkuliahan dan literatur yang diberikan oleh dosen. Mereka diharuskan mempelajari beragam cabang ilmu kedokteran dan menghapal begitu banyak informasi. Setelah lulus dan menjadi dokter, mereka dihadapkan pada banyak masalah yang tidak dapat diselesaikan hanya dari pengetahuan yang mereka dapat selama kuliah. Sistem pendidikan kedokteran konvensional cenderung membentuk mahasiswa sebagai pembelajar pasif. Mahasiswa tidak dibiasakan berpikir kritis dalam mengidentifikasi masalah, serta aktif dalam mencari cara penyelesainnya.
Prinsip-prinsip PBL
Dalam PBL, siswa dituntut bertanggungjawab atas pendidikan yang mereka jalani, serta diarahkan untuk tidak terlalu tergantung pada guru. PBL membentuk siswa mandiri yang dapat melanjutkan proses belajar pada kehidupan dan karir yang akan mereka jalani. Seorang guru lebih berperan sebagai fasilitator atau tutor yang memandu siswa menjalani proses pendidikan. Ketika siswa menjadi lebih cakap dalam menjalani proses belajar PBL, tutor akan berkurang keaktifannya.
Proses belajar PBL dibentuk dari ketidakteraturan dan kompleksnya masalah yang ada di dunia nyata. Hal tersebut digunakan sebagai pendorong bagi siswa untuk belajar mengintegrasikan dan mengorganisasi informasi yang didapat, sehingga nantinya dapat selalu diingat dan diaplikasikan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang akan dihadapi. Masalah-masalah yang didesain dalam PBL memberi tantangan pada siswa untuk lebih mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan mampu menyelesaikan masalah secara efektif.
Proses dalam PBL
Siswa dihadapkan pada masalah dan mencoba untuk menyelesaikan dengan bekal pengetahuan yang mereka miliki. Pertama-tama mereka mengidentifikasi apa yang harus dipelajari untuk memahami lebih baik permasalahan dan bagaimana cara memecahkannya.
Langkah selanjutnya, siswa mulai mencari informasi dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, laporan, informasi online atau bertanya pada pakar yang sesuai dengan bidangnya. Melalui cara ini, belajar dipersonalisasi sesuai dengan kebutuhan dan gaya tiap individu. 
Setelah mendapatkan informasi, mereka kembali pada masalah dan mengaplikasikan apa yang telah mereka pelajari untuk lebih memahami dan menyelesaikannya.
Di akhir proses, siswa melakukan penilaian terhadap dirinya dan memberi kritik mambangun bagi kolega.

F.    Model Pembelajaran Jigsaw

Metode atau model pembelajaran jigsaw adalah sebuah tehnik pembelajaran kooperatif dimana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam pelaksanaan pembelajaran. Adapun tujuan dari medel pembelajaran jigsaw ini adalah untuk mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh bila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

Berikut ini adalah skenario kegiatan metode pembelajaran dengan menggunakan  model pembelajaran jigsaw :

http://img.carapedia.com/images/article/jigsaw.jpg



Keterangan :

# 5" pertama, guru akan memberikan penjelasan tentang metode pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk bidang  studi apa yang akan menjadi pokok bahasan
# 6" kedua, guru akan membagi siswa menjadi beberapa kelompok serta menjelaskan tugas untuk masing-masing kelompok. Kelompok ini disebut kelompok awal
# Siswa diberi kesempatan untuk membaca materi selama 7" dan diharapkan siswa dapat menyerap informasi sebanyak-banyaknya pada kesempatan ini
# kemudian siswa diberi Lembar Kerja (LK) dan diberi waktu 8" untuk mengerjakan lembar kerja tersebut
# Setiap siswa dalam satu kelompok menyebar/pindah ke kelompok lain untuk mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya mengenai materi yang dipelajari oleh kelompok lain. Siswa diberi kesempatan untuk berpindah-pindah kelompok selama 10" dan siswa diharapkan dapat menyerap dan mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kelompok lain.
# Siswa kembali ke kelompok awal untuk mendiskusikan informasi yang diperoleh selama 10".

# Kemudian salah satu anggota kelompok berlatih untuk memasukkan data ke komputer dengan menggunakan program inspiration selama 20". Setelah itu siswa akan mebuat peta konsep di komputer dan kelompok lain akan memasukkan informasi ke chart yang telah disediakan. Pada tahap ini siswa diberikan waktu selama 20" untuk menyelesaikan tugasnya

# Pada 5" terakhir guru akan memberikan penguatan dari tugas yang harus dikerjakan siswa di rumah

G.   Model Pembelajaran Cooperatif Script
disebut juga dengan Model Pembelajaran Skrip kooperatif, artinya metode belajar di mana siswa bekerja kelompok secara berpasangan dan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut :
  1. Guru membagi siswa untuk berkelompok secara berpasangan (dua siswa).
  2. Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
  3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar.
  4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya.
Sementara pendengar :
  • Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap
  • Membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, yang semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya. Serta lakukan seperti cara diatas.